Minggu, 03 Juni 2012

jeritan hati sang perindu

angin berhembus mesrah
menyapa sang hijau di pagi kabut
titik-titik embun yang jatuh dari setiap helainya
menerpa tanah yang selalu setia sabar untuk menopangnya

kuberdiri tegak di dataran sabar ini
memandang sejauh mata yang dapat ku rekam
ku terus meneropong melihat tiap-tiap yang ada di hadapanku
mencari dan terus mencari

sosok yang dulu mengisi retak-retak
sosok membuatku seperti bunga mawar
sosok menyadarkanku akan kesempurnaan hidup
sosok yang membuatku seperti baja

namun kabut telah menyelimutinya
membuatnya tidak terekam oleh lensa hatiku
menyelimutinya dan terus menyelimutinya
hingga dia menyatu dengan kabut

ku pejamkan mata ini
mencoba menyentuhnya, merasakan dengan hati
berharap ketika mata ini terbuka
kembali ku dapat melihatnya.

namun
ketika mata ini terbuka
sosok itu telah pergi
pergi,pergi dan pergi entah kemana

tubuh ini serasa tak di topang lagi oleh tulang yang setia
tubuh ini terkapar diatas kasur pasir
yang setiap butirannya seperti magnet
menempel di pipiku

mulut seakan terkunci
dan ku tak tahu apa password-nya
hanya hati yang dapat berbicara
ia berteriak namun tak dapat terdengar

ia berkata KEMBALILAH